Tarian senja memang
terlihat jelas di setiap goresan bangunannya, meski telah ditutupi dengan
nuansa cat yang baru. Historis arsitekturnya mendominasi pemandangan
diperadaban kota ini, menunjukkan bahwa wajah Amsterdam telah tergores dengan
apik disini. Saat memandang kesebelah utara, terlihat Kantor Pos Medan dan Gedung
Jakarta Llyod yang pada saat didirikan adalah sebuah bangunan kantor perusahaan
pelayaran The Netherland Shipping Company. Dibangun
pada tahun 1909-1911 oleh seorang arsitek bernama Snuyf yang dulu merupakan
Direktur Jawatan Pekerjaan Umum Belanda untuk Indonesia pada masa pemerintahan
Belanda. Bangunan satu lantai yang terlihat kokoh dan megah ini dibangun dengan
konsep Neo Classic. Lantai dati tegel
atau marmer berdimensi besar menambahkan kemegahan bangunan ini. Dinding
terbuat dari bahan bata, sedangkan atapnya dari genteng. Berdiri disudut dari
sebuah Lapangan jaunting kota, membuat bangunan yang memiliki luas bangunan
1200 M² dengan tinggi 20 m, panjang 60 m dan lebar 20 m tampak tak biasa.
Berpaling kesisi
depannya, terlihat dua buah bank swasta yang dulunya merupakan gedung The
Netherland Trading Company dan Nederlandsche Handel Maatschappij dan sempat menjadi kantor Rotterdam’s
Llyod sampai tahun 1929. Selain itu, ada
pula Gedung Bank Indonesia yang terletak di sisi selatan, dimana dahulunya dipakai
sebagai kantor Javasche Bank. Di bangun tahun
1910 oleh Firma Arsitek Hulswit and Fermont dari Weltevreden dan Ed Cuypers dari
Amsterdam, gedung ini mengambil gaya klasik dengan beberapa ornamen gaya Jawa. Bangunan ini memang disesuaikan dengan
iklim serta tingkat teknologi setempat. Wujud umum dari dari penampilan
arsitektur The Empire Style, memiliki denah yang simetris,
satu lantai dan ditutup dengan atap perisai. Karakteristik lain dari gaya ini
diantaranya: terbuka, terdapat pilar di serambi depan dan belakang, terdapat
serambi tengah yang menuju ke ruang tidur dan kamar-kamar lain. Ciri khas dari
gaya arsitektur ini yaitu adanya barisan pilar atau kolom yang menjulang ke atas serta terdapat gevel dan mahkota di atas serambi depan dan
belakang. Karakteristik The Empire Style diambil berdasarkan, transparansi,
ruang, cahaya dan udara. Hal ini dicapai melalui penggunaan bahan-bahan modern
dan metode konstruksi, simetris dan pengulangan yaitu keseimbangan antara
bagian-bagian yang tidak setara.
1918, Medan resmi
menjadi Gemeente (Kota Praja) dengan Walikota Baron Daniel Mac Kay. Berdasarkan
Acte van Schenking (Akte Hibah) Nomor
97 Notaris J.M. de-Hondt Junior, tanggal 30 Nopember 1918, Sultan Deli
menyerahkan tanah kota Medan kepada Gemeente Medan, sehingga resmi menjadi
wilayah di bawah kekuasaan langsung Hindia Belanda. Sejak itu, belanda
membangun bangunan- bangunan tersebut dengan gaya arsitektur transisi sebagai
pusat peradaban mereka yang menunjukkan bahwa mereka adalah masyarakat yang
agraris, industri, dan informatif. Jika dicermati dari segi arsitekturnya, bangunan-
bangunan tersebut menceritakan tentang hubungan yang agraris, industri dan
informatif, baik dari segi letak bangunan yang berkiblat dari satu sisi, yaitu
satu lapangan yang disebut sebagai lapangan Merdeka oleh masyarakat Medan dan
saat ini menjadi pusat kota. Mengapa begitu? Karena, orang- orang Belanda selalu
mendukung industri dan menggunakan bangunan- bangunan tersebut sebagai alat
untuk memperlancar dan memudahkan pekerjaan mereka masing- masing. ***